Kopi dicelupin Kopi
Memang semester V (lima) adalah awal tahapan kesibukan yang saya rasakan pada saat ini, mungkin ini salah satu alasan teman-teman saya cuti, menikah, dan berwirausaha. Ya, tugas yang setiap pertemuan selalu hadir dengan waktu pengerjaan yang terbilang singkat, membuatnya menumpuk pada akhir deadline. Menumpuk dalam pikiran, terbayang setiap ingin menutup mata.
Memang semester V (lima) adalah awal tahapan kesibukan yang saya rasakan pada saat ini, mungkin ini salah satu alasan teman-teman saya cuti, menikah, dan berwirausaha. Ya, tugas yang setiap pertemuan selalu hadir dengan waktu pengerjaan yang terbilang singkat, membuatnya menumpuk pada akhir deadline. Menumpuk dalam pikiran, terbayang setiap ingin menutup mata.
Hukum Pajak, salah satu mata kuliah yang harus kami selesaiakan terlebih
dahulu. Hari itu kami memiliki tugas membuat film dokumenter dan besoknya harus
di kumpulkan.
Pagi itu saya terbangun dan melihat sms dari salah satu teman saya,
namanya Bayu. Ketua tingkat sekaligus rekan satu kelompok. Saya pun bergegas
mandi dan berangkat ke kampus, tempat berkumpul yang telah kami sepakati.
Dengan kamera seadanya, kami pun beraksi, mencari dan merekam beberapa sudut Kota Mataram untuk
mengetahui fungsi pajak. Rumah sakit, jalan raya, sekolah, jembatan, itulah beberapa objek yang kami rekam. Lelah, sangat lelah dan panas sekali di hari itu.
Setelah beberapa objek telah kami rekam, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sambil menunggu Dian dan Raras di sebuah warung mobil pickup di pingir
jalan. Saya, Rama, Fuzi, dan Jane bersama-sama memesan
es dan nasi kuning. Berbeda dengan Bayu, dia malah memesan secangkir kopi bukan es,
entah saya tidak tau merek kopi itu.
Sembari kami menungu pesanan, saya pun bertanya pada Bayu mengenai alasan dia memesan kopi bukan es, dia pun menjawab saya dengan senyuman yang sudah tidak asing lagi saya lihat, "saya sudah sarapan Guh di rumah, saya suka ngopi", jawaban yang sesuai dengan dugaan saya.
Pesanan kami pun datang menghampiri dari seorang ibu ditemani suaminya yang ramah sekali, memang inilah ciri khas dari penduduk Lombok. Satu-persatu pesanan kami terima, dan hanya Bayu yang berbeda ditemani dengan secangkir kopi pesanannya.
Kami pun menikmati pesanan kami sambil mengevaluasi rekaman yang telah kami rekam dan merencanakan kegiatan selanjutnya yang harus kami lakukan. Hal yang memang sulit di sebuah tim adalah menyatukan pendapat, dan itupun masalah yang kami hadapi. Tegang ketika makan memang tidak enak.
Tiba-tiba, Bayu membuka tasnya dan membagikan permen, mencoba menenangkan keadaan, beberapa permen Kapal Api dan beberapa permen berasa mint. Hal yang aneh pun terjadi, permen Kapal Api itu ia celupkan ke dalam cangkir kopi pesanannya. "Lah Yu, kenapa kamu celupin permen kopi ke kopi?", itulah pertanyaan saya ke Bayu. "biar tambah enak" jawaban singkat yang membuat saya dan Rama penasaran. Saya pun mencoba mencicipinya, dan rasanya ........... Saya tidak bisa mendeskripsikan rasanya. (Cobalah, Anda eksperimenkan). Pasti lebih enak dari sekedar kopi biasa.
Dikasih Kopi Kapal Api
Sembari kami menungu pesanan, saya pun bertanya pada Bayu mengenai alasan dia memesan kopi bukan es, dia pun menjawab saya dengan senyuman yang sudah tidak asing lagi saya lihat, "saya sudah sarapan Guh di rumah, saya suka ngopi", jawaban yang sesuai dengan dugaan saya.
Pesanan kami pun datang menghampiri dari seorang ibu ditemani suaminya yang ramah sekali, memang inilah ciri khas dari penduduk Lombok. Satu-persatu pesanan kami terima, dan hanya Bayu yang berbeda ditemani dengan secangkir kopi pesanannya.
Kami pun menikmati pesanan kami sambil mengevaluasi rekaman yang telah kami rekam dan merencanakan kegiatan selanjutnya yang harus kami lakukan. Hal yang memang sulit di sebuah tim adalah menyatukan pendapat, dan itupun masalah yang kami hadapi. Tegang ketika makan memang tidak enak.
Tiba-tiba, Bayu membuka tasnya dan membagikan permen, mencoba menenangkan keadaan, beberapa permen Kapal Api dan beberapa permen berasa mint. Hal yang aneh pun terjadi, permen Kapal Api itu ia celupkan ke dalam cangkir kopi pesanannya. "Lah Yu, kenapa kamu celupin permen kopi ke kopi?", itulah pertanyaan saya ke Bayu. "biar tambah enak" jawaban singkat yang membuat saya dan Rama penasaran. Saya pun mencoba mencicipinya, dan rasanya ........... Saya tidak bisa mendeskripsikan rasanya. (Cobalah, Anda eksperimenkan). Pasti lebih enak dari sekedar kopi biasa.
Dikasih Kopi Kapal Api
Kopi Kapal Api Spesial |
Setelah sehari merekam, malamnya saya dan Bayu mengedit video tersebut, dan akhirnya sebuah film dokumenter itu pun jadi, walaupun sangat sederhana (tidak profesional), namun untuk sekelas kami dan waktu pekerjaan, kami sangat bangga akan hasilnya. Malam itu pun saya tutup dengan tertidur dengan sangat pulas, dan berharap penuh semoga video tersebut berhasil.
Suara musik dangdut mulai terdengar menandakan matahari menunjukkan waktu pagi, yah, tetangga kos selalu begitu. Badan terasa masih lelah dan saya pun iseng-iseng ke kamar tetangga kos dan melihat 4 renteng Kopi Kapal Api Special. "Saya suka ngopi Kak Guh", sahut Irman (milik kamar). Memang rezeki tidak akan salah arah, Irman memberikan saya satu renteng Kopi Kapal Api Specialnya.
Pagi itupun langsung saya pasang gas, nyalakan kompor, kemudian memanasakan air. Saya tunggu air mendidih, dan saya tuangkan kedalam gelas yang berisikan gula dan kopi Kapal Api Special . Dan tahukan Anda, rasanya pas, kopinya tidak terlalu pahit, saya yakin Anda menyukainya. Memang jargonnya sesuai dengan produknya.
"Kopi Kapal Api" "Jelas Lebih Enak"
Belum ada tanggapan untuk "Kopi dicelupin kopi, esoknya di kasih Kopi!"
Posting Komentar
Terima Kasih telah berkomentar, jadilah komentator terbaik!